Sekapur Sirih

Blog ini berisi tentang beberapa hal yang saya miliki, tapi mohon maaf bila penyusunannya belum beraturan sebab masih dalam tahap belajar

Jumat, 23 September 2011

PROPOSAL PTK


PROPOSAL PTK
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG FPB DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SDN ROWOKANGKUNG 02 TAHUN PELAJARAN 2011-2012




 



OLEH :
SITI MARIATUN
NIP. 19740718 200012 2 002


SDN ROWOKANGKUNG 02
KEC. ROWOKANGKUNG KAB. LUMAJANG
A.    JUDUL PROPOSAL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG FPB DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SDN ROWOKANGKUNG 02 TAHUN PELAJARAN 2011-2012

B.     BIDANG KAJIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam proses pembelajaran matematika khususnya tentang FPB














BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Setiap negara yang merdeka tentunya harus melaksanakan pembangunan di segala bidang. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut dibutuhkan tenaga-tenaga yang cakap dan handal. Salah satu cara pemerintah untuk mencetak tenaga-tenaga yang cakap dan handal tersebut adalah melalui jalur pendidikan. Baik pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ada di sekolah-sekolah. Di sekolah siswa mempelajari berbagai disiplin ilmu. Ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah nantinya diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.    
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran matematika saat ini menurut kurikulum 2006 tidaklah hanya sebatas pemberian materi saja (ranah kognitif) akan tetapi lebih diharapkan pada penerapan (ranah afektif dan psikomotor). Sehingga nantinya  matematika dapat dijadikan bekal dalam kehidupan di masa datang.
Meskipun demikian, sampai saat ini pembelajaran matematika masih belum dapat mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini bisa dilihat dari perolehan nilai atau hasil belajar siswa yang masih rendah. Masalah ini dapat disebabkan dari berbagai faktor, baik faktor siswa yang mempunyai kemampuan tidak merata, faktor orang tua yang kurang memotivasi anaknya, maupun faktor guru yang kurang tepat pola pembelajarannya. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain. Kemampuan berfikir anak yang tidak diimbangi dengan motivasi dari orang tua dan guru, tidaklah akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
Sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran, guru harus dapat menumbuhkan minat belajar pada peserta didik, sehingga dalam setiap proses belajar mengajar peserta didik dapat secara aktif dan kreatif memiliki semangat untuk belajar dan merasa bahwa bahan ajar yang disampaikan bermanfaat bagi dirinya. Untuk itu peran guru sangatlah penting dalam memilih metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan guru harus dapat mengatasi kondisi-kondisi yang dapat membuat peserta didik merasa kurang bergairah atau kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran yang lalu, yaitu pada faktorisasi prima kurang memuaskan karena dari 14 siswa hanya ada 3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. (mendapat nilai sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu 52)
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar ideal klasikal yang ditentukan guru, yaitu sebesar 75 % belum tercapai. Untuk itulah peneliti ingin memperbaiki pembelajarannya yang merupakan salah satu sumber kegagalan yang dialami siswa agar hasil belajar siswa meningkat.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan tindakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang FPB dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas VI SDN Rowokangkung 02 Tahun Pelajaran 2011-2012.
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, agar pembahasan tidak meluas maka peneliti akan menfokuskan masalah pada :
1.      Apakah pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang FPB pada siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 tahun pelajaran 2011-2012?
2.      Bagaimanakah pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang FPB pada siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 tahun pelajaran 2011-2012?
I.3. Tujuan Penelitian
  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 terutama pada materi FPB dengan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk :
a.       Meningkatkan hasil belajar metematika siswa tentang FPB untuk siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 Kecamatan Rowokangkung melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.
b.      Meningkatkan kualitas proses belajar matematika tentang FPB untuk siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 Kecamatan Rowokangkung melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

I.4 Hipotesa Tindakan
Hipotesa tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika pendekatan pembelajaran kontekstual diterapkan maka prestasi belajar siswa tentang FPB akan meningkat.

I.5 Manfaat Penelitian
 Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
-                  Bagi siswa, yaitu akan semakin meningkat minat dan hasil belajarnya dan memahami manfaat dari pendekatan pembelajaran kontekstual.
-                  Bagi guru, yaitu akan dapat membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi terutama pada peningkatan minat belajar matematika dan dapat menambah wawasan serta menambah ketrampilan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajarannya.
-                  Bagi sekolah yaitu bisa digunakan sebagai dokumen dan apa bila sewaktu-waktu diperlukan dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi kelas lain yang mempunyai masalah sama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Belajar dan Hasil Belajar
II.1.1 Belajar
Pengertian belajar sangat kompleks, sehingga sulit dirumuskan secara pasti tentang belajar. Definisi tentang belajar sangat tergantung pada teori yang dipakai.  Ada beberapa ahli yang mengemukakan batasan tentang belajar, antara lain:
a.       Slameto (1991: 78) menyebutkan, “secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.
b.      Ernest R. Hilgard dalam Soetomo (1993: 119) memberi batasan, “belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan)”.
c.       HC Witherington dalam Soetomo (1993: 119) memberi batasan, “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan pada diri individu yang belajar dari belum bisa menjadi bisa, atau dapat diartikan merupakan penyempurnaan dari hal-hal yang pernah dipelajari.
Proses perubahan tingkah laku yang termasuk dalam pengertian belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
b.      Perubahan yang terjadi secara sadar.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
d.      Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
e.       Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dengan sengaja direncanakan. Perubahan yang terjadi karena proses kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk dalam pengertian belajar. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Hasil belajar yang berupa ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tersebut tidak tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama yang lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengelompokkan ke dalam tiga ranah tersebut bertujuan untuk membantu usaha menguraikan secara jelas dan spesifik hasil belajar yang diharapkan.
 Belajar merupakan sebuah kegiatan yang mengandalkan kegiatan proses, sehingga memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri.  Maka untuk dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik, harus memperhatikan  beberapa prinsip belajar, yaitu:
    1. Bahwa belajar akan berhasil apabila memiliki kematangan untuk memperoleh instink dan belajar harus ada tujuan.
    2. Dalam belajar, manusia sebagai organisme yang aktif akan bereaksi secara keseluruhan pribadinya dan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
    3. Bahwa belajar makin lama makin luas diferensiasinya.
    4. Belajar tidak mungkin terjadi tanpa ada kemauannya untuk belajar, dan motivasi akan menjadi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme.
Belajar menghendaki adanya perubahan dalam setiap orang yang melakukan. Perubahan yang terjadi mencakup beberapa segi. Menurut Robert M. Cagne dalam Soetomo (1993: 127) menyebutkan ada delapan tipe-tipe belajar, yaitu:
a.       Belajar oleh tanda (Signal learning)
Tanda atau sinyal dalam pengertian belajar yaitu berupa bunyi atau hasil penglihatan. Dengan adanya tanda sebagai rangsangan, maka seseorang akan dengan cepat melakukan reaksi.
b.      Belajar rangsangan jawaban (Stimulus – Respon learning)
Belajar rangsangan jawaban terjadi secara perlahan dan bertahap, semata-mata sifatnya gerakan fisik, dan terjadinya perbuatan karena ada kerelaan untuk melakukan.
c.       Belajar merangkaikan (Chaining learning)
Belajar merangkaikan merupakan semacam pengulangan dan pendalaman serangkaian rangsangan dan reson yang terjadi. Belajar ini terjadi dengan jalan menghubungkan rangsangan yang menghasilkan reaksi yang menjadi rangsangan dan diikuti dengan respon berikutnya.
d.      Belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)
Tipe belajar ini dilakukan dengan cara melihat dan memegang benda kemudian dikaitkan dengan nama bendanya.  Peristiwa belajarnya terjadi dengan ungkapan verbal atau kata-kata.
e.       Belajar membedakan (Discrimination learning)
Tipe belajar ini mengharuskan anak untuk mempelajari berbagai respon dari berbagai ragam stimulus. Siswa dituntut untuk membuat respon baru yang khusus sehingga bemar-benar berbeda dengan respon sebelumnya.
f.       Belajar konsep (Concept learning)
Tipe belajar ini mengharapkan anak untuk memperoleh suatupengertian atau pemahaman.
g.      Belajar mendapatkan aturan (Rule learning)
Tipe belajar ini dilakukan dengan menghubungkan dua atau lebih konsep, untuk dicari hubungannya.
h.      Belajar memecahkan masalah (Problem solving learning)
Tipe belajar ini merupakan tataran yang paling tinggi dari delapan tipe belajar tersebut.  Belajar memecahkan masalah merupakan penerapan dari aturan-aturan atau prinsip yang ada.

II.1.2 Hasil Belajar
Setiap kegiatan pembelajaran selalu memiliki tujuan. Juga tujuan yang diharapkan dari belajar harus mengarah pada perubahan tingkah laku. Sehingga semua kegiatan instruksional selalu diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, dan kegiatan itu belum dapat dikatakan selesai atau berhasil sebelum dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai wujud dari pencapaian tujuan pembelajaran bagi siswa adalah prestasi belajar.  Poerwadarminta (1978: 768) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu”.  Hasil yang diperoleh siswa tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Bagi yang memperoleh hasil yang baik maka dapat disebut prestasinya baik. Sedangkan bagi siswa yang memperoleh hasil yang kurang baik maka disebut prestasi belajarnya kurang baik.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa disebut nilai. Sehingga ada yang menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan nilai yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berbagai perbedaan rumusan tentang prestasi belajar merupakan sesuatu yang sangat wajar, namun secara prinsip maknanya sama.
Prestasi belajar sebagai hasil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dapat dijaring dari kegiatan evaluasi. Evaluasi atau penilaian digunakan untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disebut tes.
Hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga golongan atau segi, yaitu segi kognitif, segi afektif, dan segi psikomotor. Penggolongan tersebut berdasarkan Taksonomi Bloom.

a.      Segi Kognitif
Kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan anak, seperti yang ditampakkan oleh anak dalam memecahkan soal-soal, menyusun karangan, atau kegiatan berfikir lainnya yang membutuhkan pemikiran intelektualnya. Kognitif mempunyai enam taraf, yaitu:
1.      Pengetahuan, yaitu mencakup ingatan terhadap fakta-fakta yang pernah diterima dari materi pembelajaran.
2.      Pemahaman, yaitu mencakup kemampuan menterjemahkan materi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, mengintepretasikan materi, meramalkan arah atau kecenderungan yang akan datang.
3.      Aplikasi, yaitu mencakup kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang baru, misalnya penggunaan peraturan, prinsip, konsep, metode, dan teori.
4.      Analisa, yaitu mencakup kemampuan mengidentifikasi bagian, dan analisa hubungan.
5.      Sintesa, yaitu mencakup lemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian yang ada untuk membentuk keseluruhan yang baru.
6.      Evaluasi, yaitu mencakup kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

b.      Segi Afektif
Afektif berhubungan dengan sikap, minat, perasaan, nilai hidup, dan apresiasi siswa. Segi afektif mempunyai lima taraf, yaitu:
1.      Penerimaan, yaitu berhubungan dengan kemauan siswa untuk mengikuti fenomena khusus, yang menyangkut memperoleh, menguasai dan mengarahkan minat siswa.
2.      Memberi respon, yaitu mencakup pemberian respon berkenaan dengan partisipasi aktif dari siswa. 
3.      Penilaian, yaitu mencakup penilaian atau pemberian penghargaan dari siswa terhadap suatu obyek, gejala atau tingkah laku.
4.      Organisasi, yaitu mencakup kemampuan siswa untuk memilih nilai-nilai yang sesuai sehingga dapat memberikan pengarahan kepada dirinya.
5.      Mengkarakterisasi, yaitu mencakup kemampuan siswa untuk mengembangkan ciri untuk mengontrol tingkah lakunya atau dapat dikatakan filsafat hidup.

c.       Segi Psikomotor
Psikomotor berhubungan dengan reaksi fisik, ketrampilan siswa yang ditampakkan dalam berbagai kegiatan. Segi psikomotor mempunyai lima taraf, yaitu:
  1. Persepsi, yang berhubungan dengan penggunaan indera untuk memperoleh petunjuk yang membimbing kegiatan motorik.
  2. Kesiapan, yaitu berhubungan dengan kesiapan untuk melakukan sesuatu atau bereaksi terhadap suatu kejadian menurut cara tertentu.
  3. Respon terbimbing, yaitu mencakup kegiatan menirukan, ‘trial and error’ dari perbuatan individu yang dapat diamati.
  4. Respon mekanistis, yaitu siswa sudah merasa yakin dengan kemampuannya dan sudah terampil melakukan kegiatan.
  5. Respon kompleks, yaitu siswa sudah dapat melakukan perbuatan motoris secara kompleks. Kemahiran sudah titunjukkan dengan cepat, lancar, tepat, dan menggunakan energi yang minimum.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Kegiatan evaluasi dilakukan setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar pada akhir siklus.  Setelah kegiatan pada masing-masing siklus dilaksanakan, untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajaran maka dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi untuk selanjutnya disebut sebagai prestasi belajar siswa.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan prestasi belajar yang diperoleh siswa dari kegiatan evaluasi, dilakukan analisis hasil evaluasi.  Analisis hasil evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar, baik secara individu maupun secara klasikal. Secara individu siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai minimal 53. Sedangkan secara klasikal dinyatakan tuntas belajar apabila minimal 75 % dari siswa dalam kelas tersebut telah memperoleh nilai minimal 53.
II.2 Matematika
Mempelajari matematika tidak sama dengan mempelajari bahasa atau ilmu sosial. Belajar matematika merupakan proses melatih otak untuk dapat berpikir logis, teratur, berkesinambungan dan menyatakan bukti-bukti kuat dalam setiap pernyataan yang diucapkan. Dalam matematika kita tidak dapat mengatakan pernyataan tanpa ada bukti yang kuat. Menurut BSNP (2006 : 34) matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Menurut Aji Priyanto (www.google.com) pendidikan matematika adalah suatu proses yang membantu manusia untuk mendapatkan kemampuan atau ketrampilan dalam mengorganisasikan bilangan atau simbol secara terstruktur berdasarkan aturan dan teori yang sudah didefinisikan secara jelas sehingga dapat diperoleh hasil yang benar dan dapat diterapkan dalam kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang melatih otak untuk berpikir kritis dan logis dalam mengorganisasikan bilangan atau simbol guna memajukan daya pikir manusia yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.  
II.3 FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
FPB (Faktor persekutuan terbesar) dari dua bilangan yang dipelajari di Kelas V. Sebelum menentukan FPB dari dua bilangan terlebih dahulu mempelajari cara menentukan faktorisasi prima dari suatu bilangan. Marilah kita terapkan untuk menyelesaikan masalah berikut. Pak Yudi memiliki 12 apel dan 18 jeruk. Apel dan jeruk tersebut akan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Berapa kantong plastik yang dibutuhkan, jika setiap kantong berisi apel dan jeruk dengan jumlah yang sama? Untuk menjawab soal tersebut, kamu harus mencari FPB dari 12 dan 18.Langkah-langkah pengerjaan FPB yaitu (1) menentukan faktorisasi prima dari bialngan-bilangan itu, (2) mengambil faktor yang sama dari bilangan-bilangan itu, (3) jika faktor yang sama pangkatnya  berbeda, ambillah faktor yang pangkatnya terkecil.
Perhatikan diagram berikut ini.
Bilangan_B_7
Faktorisasi prima dari 12 adalah 12 = 2 × 2 × 3 = 22 × 3.
Faktorisasi prima dari 18 adalah 18 = 2 × 3 × 3 = 2 × 32.
FPB dari 12 dan 18 adalah 2 × 3 = 6.
Jadi, kantong plastik yang diperlukan adalah 6 buah.
Setiap kantong plastik
memuat 2 apel dan 3 jeruk
.
Selain menggunakan faktorisasi prima, FPB dapat pula ditentukan dengan sistem sengkedan. Yang di maksud sistem sengkedan di sini adalah dua bilangan yang akan dicari FPBnya kita bagi dengan bilangan prima sama mulai yang terkecil sampai akhirnya bilangan tersebut tidak bisa dibagi dengan bilangan prima yang sama lagi. Kemudian bilangan-bilangan prima pembagi itu kita kalikan untuk menentukan berapa FPBnya.
Misalnya kita akan mencari FPB dari 12 dan 18 dengan sistem sengkedan. Caranya adalah sebagai berikut :

12         18       
   2        
         6          9
  3
         2           3
Dari cara di atas diketahui bahwa bilangan pembaginya adalah 2 dan 3 (bilangan yang diberi lingkaran) maka FPBnya adalah 2 x 3 = 6.

II.4 Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat tahun 1983 karena adanya penurunan kualitas hasil belajar di Negara tersebut. Pembelajaran kontekstual tersebut merupakan hasil rumusan dari beberapa perguruan tinggi yang bekerja sama dengan guru di lapangan.
Terdapat beberapa definisi mengenai pembelajaran kontekstual ini, antara lain :
a.       Proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna yang ada pada bahan ajar yang mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran dengan kontek kehidupan pribadi, sosial, dan kultural. Untuk mencapai tujuan ini, system ini mencakup 8 komponen : membuat hubungan yang bermakna, melahirkan kegiatan yang signifikan, belajar sendiri secara teratur, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, mencapai standar tinggi, dan menggunakan penilaian otentik (Johnson,2003)
b.      Suatu konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan situasi nyata yang dapat memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari siswa sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat di mana dia hidup (US Department of Education,2011)
c.       Pembelajaran yang situasi dan isinya khusus dan member kesempatan siswa dapat melakukan pemecahan masalah, latihan dan tugas secara riil dan otentik (Universitas Negeri Malang, guru CTL, mahasiswa S2)
d.      Suatu konsep yang membantu guru menghubungkan mata pelajarannya dengan situasi dunia nyata (Sears, 2011)

Berikut ini adalah komponen-komponen pembelajaran kontekstual:









                                                                                          



Konstruktivisme
1.      Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal.
2.      Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna.
3.      Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru yang bisa berubah.

Inquiri

1.      Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konsep.
2.      Langkah-langkah yang terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya,menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya.
3.      Mengembangkan dan sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis.

Bertanya
1.      Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
2.      Digunakan oleh siswa selama melakukan kegiatan berbasis inquiri.
3.      Digunakan guru sebagai strategi agar siswa berani mengungkapkan kemampuan member jawaban.
Pemodelan
1.      Berfikir dan mengungkapkan tentang proses belajar kita sendiri.
2.      Mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan siswa untuk belajar.
3.      Melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukan.
Komunitas Belajar
1.      Berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain.
2.      Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran adalah lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri
3.      Berdiskusi dan menggali informasi bersama tentang suatu objek.
Penilaian Otentik
1.      Mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa.
2.      Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan.
3.      Penilaian produk atau kinerja
4.      Tugas-tugas yang kontekstual dan relevan.
5.      Proses dan produk dua-duanya dapat diukur.
Refleksi
1.      Cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
2.      Mengkaji dan merespon terhadap kejadian, kegiatan, dan pengalaman.
3.      Mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.
4.      Dapat berupa dalam berbagai bentuk : jurnal, diskusi, maupun hasil karya/ seni.


































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada mata pelajaran matematika untuk siswa kelas VI SDN Rowokangkung 02 tahun pelajaran 2011 – 2012 dengan jumlah 14 siswa (L = 6, P = 8) yang mempunyai kemampuan rata-rata ke bawah.
III.2  Prosedur Penelitian
 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dalam dua siklus yang masing – masing siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dan meliputi :
             - Perencanaan
             - Pelaksanaan tindakan
             - Observasi
             - Refleksi
Berdasarkan permasalahan yang muncul maka perencanaan penelitian tindakan kelas ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a.        Pengamatan atau observasi terhadap siswa kelas VI dengan melakukan wawancara     dan mengamati nilai yang diperoleh siswa     untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan tersebut.
b.      Identifikasi permasalahan
Tahap ini dimulai dari perenungan dan mencatat hal – hal apa saja yang            menjadi penyebab permasalahan.
c.       Merumuskan permasalahan dengan jelas dan menentukan langkah – langkah yang diambil.
d.      Menyusun rencana penelitian.
Siklus Prosedur Penelitian
Siklus I
1. Setelah mendapat gambaran awal tentang kemampuan siswa maka dilakukan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual .
 2. Mengadakan observasi terhadap pembelajaran dan observasi terhadap hasil belajar dengan mengisi format yang telah disediakan.
  3. Melakukan evaluasi terhadap hasil pengamatan pembelajaran dan hasil belajar, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan, ketrampilan, keberhasilan, dan hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
4. Melakukan perbaikan cara pembelajaran berdasarkan evaluasi hasil observasi.
 5. Melakukan refleksi I.
                Pada kegiatan ini ditentukan cara pelaksanaan pembelajaran dan penilaian instrumen hasil belajar sebagai dasar perbaikan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

            Siklus II
            1. Menelaah kualitas instrumen pembelajaran dan hasil belajar yang telah diperbaiki pada siklus I.
            2. Melaksanakan pemantauan atau observasi pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual .
            3. Melakukan evaluasi terhadap hasil pengamatan dan pelaksanaan penilaian hasil belajar untuk mengetahui peningkatan kemampuan, ketrampilan, keberhasilan, dan hambatan yang dihadapi selama pembelajaran brlangsung.
            4. Melaksanakan perbaikan instrumen berdasar hasil pemantauan.
III. 3 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini ada dua data yang dibutuhkan yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari nilai tugas individu siswa melalui tes tulis dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran atau pemberian tindakan berlangsung.
Data yang telah diperoleh dianalisis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang telah dipelajari melalui pendekatan pembelajaran kontekstual. Bagi siswa yang belum mengalami peningkatan hasil belajarnya meskipun telah dilakukan tindakan perbaikan  maka dilakukan alternatif lain berupa kegiatan wawancara antara guru dan siswa tersebut mengenai kesulitan belajar yang dialaminya.
III.4   Indikator Kinerja
              Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila :
              a.  Kualitas pembelajaran meningkat yaitu siswa menjadi lebih aktif.
              b.  Tingkat pencapaian tujuan pembelajaran mencapai lebih dari 75 %.
III.5  Jadual Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung mulai bulan Agustus 2011 sampai dengan Oktober 2011. Adapun jadualnya sebagai berikut :
  

No
Kegiatan
Bulan
Agustus
September
Oktober
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
Perencanaan (izin KS, memilih teman sejawat, menemukan masalah)














2
Pembuatan proposal














3
Pengajuan proposal














4
Pelaksanaan penelitian












5
Pembuatan draft laporan













6
Pengetikan laporan













7
Penggandaan laporan dan pengiriman hasil














8
Diseminasi















III.6 Biaya Penelitian
Penelitian ini diperkirakan memerlukan biaya dengan rincian sebagai berikut :
1.      Fotocopi naskah    : Rp   5.000,00
2.      Kertas Folio           : Rp 35.000,00
3.      Penjilidan              : Rp  10.000,00
4.      Rental Komputer   : Rp  50.000,00
5.      Penggandaan         : Rp  10.000,00
6.      Lain-lain                : Rp   5.000,00
Jumlah                   : Rp 115.000,00

III.7 Curiculum Vitae Peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh seorang guru pada SDN Rowokangkung 02 kecamatan Rowokangkung.
Identitas Peneliti :
a.        Nama Lengkap                    :  Siti Mariatun
b.      Tempat, tanggal lahir              : Lumajang, 18 Juli 1974
c.        Jenis Kelamin                      :  Perempuan
d.       NIP                                       :  19740718 200012 2 002
e.        Pangkat / Golongan              :  Penata Muda / IIIa
    
    


















DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha, 2007. Metode Penelitian, Jakarta. Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1995. Didaktik/ Metodik Umum, Jakarta : Ditjen Dikdasmen.
Depdiknas, 2003. Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004-Pengembangan Silabus. Jakarta : Dirjen. Dikdasmen.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004-Pengembangan Sistem Penilaian. Jakarta : Dirjen. Dikdasmen.
Google, 11 Agustus 2011, Teori FPB ( Bilangan Asli, Bulat, dan Cacah)
Hermawan, A H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarata: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot; dkk. 2007.Pembelajaran Matematika SD, Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K; dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin.S; dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.
.


Lampiran :
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)

Sekolah                               :   SDN ROWOKANGKUNG 02
Mata Pelajaran                  :   Matematika
Kelas/ Semester                 :   VI/1
Jumlah Pertemuan            :  6 x pertemuan

A.    Standar Kompetensi       :          
1.  Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

B.     Kompetensi Dasar
1.1 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan   KPK
C.     Indikator Pencapaian Kompetensi :
·         Menentukan faktorisasi prima suatu bilangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar