Sekapur Sirih

Blog ini berisi tentang beberapa hal yang saya miliki, tapi mohon maaf bila penyusunannya belum beraturan sebab masih dalam tahap belajar

Selasa, 27 Desember 2011

Pendidikan Karakter... Trend Baru, Stock Lama

Akhir-akhir ini dunia pendidikan kita diramaikan dengan istilah “Pendidikan Karakter” atau “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”. Di mana-mana, termasuk di Kecamatan Rowokangkung, pengawas kita sedang gencar-gencarnya menyampaikan tentang PBKB kepada para guru dan kepala sekolah. Sampai-sampai di lingkungan kerja guru (sekolah) rekan-rekan sering bertanya satu sama lain,”RPP mana yang digunakan? Yang lama ataukah yang sudah berkarak (maksudnya berkarakter bangsa)?”
Sebelum mengetahui arti dari Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, terlebih dahulu kita harus mengetahui arti kata “budaya” dan kata “karakter”. Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya danlingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistemkepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagaimakhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .(dikutip dari PBKB, hasil download 8 Agustus 2011, pkl 21.00)
Setelah membaca pengertian di atas, ternyata pendidikan karakter yang dimaksud sebenarnya telah kita laksanakan dari dulu, akan tetapi keberadaannya tidak tersurat pada perangkat pembelajaran kita. Sebagai contoh, kebiasaan berdoa di awal dan akhir pembelajaran. Kebiasaan ini telah ada sejak zaman dulu. Ketika saya duduk di bangku sekolah dasar pun guru-guru saya sudah membiasakan hal ini. Dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB), kebiasaan berdoa ini dikategorikan dalam penanaman nilai/ karakter religius.
 Contoh yang lain adalah ketika kita menugaskan peserta didik kita untuk membahas suatu kompetensi dasar secara berkelompok atau berdiskusi. Dalam hal ini kita berarti telah berusaha menanamkan nilai/ karakter untuk bekerja sama (peserta didik harus bekerja sama dengan teman sekelompoknya), tanggung jawab (belajar bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas yang diberikan), disiplin (mampu menyelesaikan tugas sesuai batasan waktu yang diberikan guru), dan berani (berani berpendapat dan mempertahankan pendapatnya).
Demikianlah, pendidikan karakter yang didengung-dengungkan sekarang ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, akan tetapi sudah merupakan barang lama dan telah kita terapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Hanya saja barangkali sekarang kita perlu menuliskan nilai-nilai yang di maksud pada administrasi pembelajaran kita. Di samping itu, pada pelaksanaan di kelas kita sebaiknya lebih memantapkan lagi nilai-nilai/ karakter-karakter yang diharapkan melalui beragamnya metode yang kita gunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar